Sabtu, 30 Januari 2016

Pengungsi Yang Menjelma Jadi Pesepakbola Dunia

Akhir-akhir ini, kita melihat lautan pengungsi keluar dari Suriah dan Afghanistan...berusaha masuk ke negara-negara Eropa untuk mengamankan masa depan diri dan anak-anak mereka. Orang-orang tak berdosa menjadi korban konflik, kelaparan dan hidup yang tidak layak, dan mereka nekat untuk keluar meski dihadapkan dengan ketidakpastian.

Peristiwa yang melibatkan jumlah pengungsi yang sangat banyak tidak hanya terjadi kali ini saja, sebelumnya proses demokrasi mengobarkan peperangan di beberapa negara Afrika dan juga Yugoslavia yang kini telah terpecah. Dan kemudian orang tua dengan anak-anak kecil mereka meninggalkan rumah untuk mencari masa depan yang lebih baik dan lebih aman, dan ketika melihat ke arah itu, sepakbola sepertinya menjadi salah satu aspek penting.

Negara-negara Eropa yang biasanya menjadi tujuan memberikan kondisi yang lebih baik bagi para pemain muda, yang mungkin tidak akan secemerlang saat ini tanpa melalui proses menjadi seorang pengungsi.

Pada kesempatan kali ini FTS90 akan menyajikan beberapa pemain top yang meniti karir dari pengungsian :

1. Xherdan Shaqiri


Xherdan Shaqiri lahir pada 1991 di Gjilan yang berada di daerah selatan Kosovo, keluarga Shaqiri berasal dari Albania yang meninggalkan negara pada 1992. Kosovo pada masa-masa perpecahan Yugoslavia adalah daerah yang tidak aman dengan banyaknya kerusuhan.

Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, Shaqiri dan dua saudara laki-laki dan satu saudara perempuan pindah ke Swiss, di kota Augst, dekat Basel. Di sana, ia memerkan kualitas permainannya dan membuat tim pemantau Basel mencium bakatnya ketika masih berusia delapan tahun.

"Saya ingat hari ketika saya dipantau Basel. Saya menangis dan tidak ingin pergi, tetapi ayah saya akhirnya mampu meyakinkan saya. Setelah itu, setiap hari dia mengantar saya pergi ke latihan dengan bus," ujar Shaqiri.

Kini, ia memperkuat klub Liga Primer Inggris, Stoke City, setelah sebelumnya membela dua klub raksasa Eropa, Bayern Munich dan Internazionale.

2. Adnan Januzaj


Pemain Manchester United, Adnan Januzaj saat ini tercatat sebagai pemain timnas Belgia. Pemain berusia 20 tahun tersebut adalah imigran dari Kosovo-Albania. Keluarganya sudah migrasi pada 1992. Ayahnya melarikan diri dari perekrutan tentara oleh Yugoslavia.

Keluarga Januzaj saat menjadi pengungsi hidup cukup menderita dan banyak kesulitan. Namun Januzaj yang juga dilahirkan di Belgia berhasil masuk tim mewah Manchester United pada 2011 silam.

Menjadi bintang di Old Trafford kehidupan Januzaj pun berubah. Dikontrak hingga 2018 mendatang, Januzaj mendapat gaji 30 poundsterling per minggu atau setara dengan Rp600 juta.

Janujaz tak lantas melupakan tanah leluhurnya. Sejak Kosovo mendeklarasikan kemerdekaannya pada 2008, Januzaj sering mengunjungi keluarganya di Kosovo.

3. Asmir Begovic


Begovic masih berusia empat tahun saat meninggalkan tanah kelahirannya, Trebinje. Keluarganya pergi ke Jerman dan kemudian ke Kanada, di mana dia bermain di tim nasional junior. Karirnya terangkat oleh klub Inggris, Portsmouth, hingga sekarang ia membela salah satu klub raksasa Eropa, Chelsea.

"Saya masih kecil, tetapi saya tahu bahwa kota-kota di negara saya dibom, dan orang-orang harus bersembunyi di bawah tanah," kenang Begovic saat diwawancara British Independent.

4. Edin Dzeko

Dzeko menjadi korban dari perpecahan Yugoslavia pada tahun 1990-an yang menimbulkan salah satu migrasi terbesar di dunia. Perang berkecamuk, dan yang paling parah terjadi di Bosnia & Herzegovina, di mana menurut laporan resmi ada 2,2 juta orang melarikan diri.

Sebagian besar pemain tim nasional Bosnia & Herzegovina berada di antara pelarian tersebut, tetapi tidak Dzeko yang menghabiskan masa kecilnya di Sarajevo saat perang dan hanya enam orang yang selamat dari pembantaian anak-anak di Sarajevo.

"Saya ingat menangis keras saat masih kecil karena saat itu kapanpun seseorang bisa tertembak. Ibu menyelamatkan nyawa saya, ketika saya pernah tidak diizinkan bermain sepakbola di lapangan. Beberapa menit kemudian, selongsong peluru berjatuhan dan banyak teman saya terbunuh," ujar Dzeko.

Namun, Dzeko tetap fokus mengembangkan kemampuan sepakbolanya di trotoar yang penuh lubang peluru. Dan dia sukses! Ia akhirnya meninggalkan tanah kelahirannya ke Republik Ceska di mana dia hanya membutuhkan dua tahun untuk menarik minat Felix Magath dan Wolfsburg, sisanya adalah sejarah.

5. Luis Nani


Mantan pemain sayap Manchester United, Luis Nani adalah imigran asal Tanjung Verde, sebuah negara kepulauan di pesisir barat Afrika yang menjadi daerah jajahan Portugal.

Pemain berusia 29 tahun yang saat ini memperkuat klub Turki, Fenerbache tercatat sebagai penggawa timnas Portugal.

Sejak usia 5 tahun ia sudah diajak mengungsi ke Portugal oleh orang tuanya.Namun Nani besar tanpa didampingi orangtuanya. Ia dibesarkan oleh bibinya Antonia di Lisbon setelah ditinggalkan oleh orang tuanya.

Pada usia lima tahun, ayahnya sengaja meninggalkan dengan alasan liburan di Cape Verde tetapi tidak pernah kembali lagi. Dan ketika dia 12 tahun ibunya meninggalkan Portugal untuk memulai hidup baru di Belanda.

Namun kehidupan Nani berubah direkrut klub Portugal Sporting CP pada 2005, sehingga akhirnya Man United kepincut memakai jasanya pada 2007 silam.

6. Christian Benteke


Benteke adalah salah satu pemain paling terkenal yang keluar dari dunia pengungsian. Pada 1993, saat berusia tiga tahun, dia dibawa orang tuanya lari dari perang yang terjadi di Kongo (dahulu Zaire) ke Belgia. Meski mereka tidak berada di bawah ancaman langsung, sang ayah yang seorang tentara, memprediksi perang akan segera mencapai wilayah mereka dan dia tidak ingin mengambil resiko keamanan keluarganya.

Mereka pindah ke Liege, Belgia, di mana dia tinggal dengan beberapa anggota keluarga lain. Benteke tidak pernah mengunjungi negara kelahirannya hingga ia kini menjadi striker andalan timnas Belgia dengan 24 caps dan tujuh gol.

7. Ivan Rakitic

Rakitic lahir dan dibesarkan di Mohlin Swiss, namun keluarganya adalah imigran asal Kroasia. Kecintaannya pada tanah leluhurnya Kroasia membuatnya tetap memilih memperkuat Kroasia di timnas ketimbang Swiss.

Gelandang Barcelona ini memang sejak kecil akrab dengan sepakbola. Ayah dan kakaknya juga pemain sepakbola.

Karier pemain berusia 27 tahun ini terasah saat bergabung di klub raksasa Swiss FC Basel pada 2005. Setelah itu klub Jerman Schalke 04 merekrutnya, disusul Sevilla hingga akhirnya pada 2014 ia resmi berseragam Blaugrana.


Pelatih Yang Sukses Semasa Menjadi Pemain Maupun Pelatih


Ada banyak pelatih-pelatih top dunia yang sangat sukses dalam karir kepelatihannya. Namun banyak juga pelatih yang sukses saat masih menjadi pesepakbola professional dengan meraih banyak gelar pribadi maupun membantu klub nya untuk meraih kejayaan. Pada kesempatan kali ini FTS 90 akan menyajikan pelatih-pelatih yang sukses semasa menjadi pemain maupun saat melatih :

1. Franz Beckenbauer


Franz Beckenbauer adalah seorang pemain sepak bola Jerman, pelatih tim nasional Jerman, serta tokoh organisasi sepak bola Eropa. Ia dijuluki Der Kaiser (Sang Kaisar) karena gayanya yang anggun, kemampuannya memimpin, dan dominasinya di atas lapangan sepak bola, sebagai seorang libero.

Prestasinya sebagai pemain sangatlah mengagumkan, terbukti ia pernah membawa Jerman Barat menjuarai piala Eropa 1972 dan piala dunia 1974. Di level klub ia juga tak kalah hebat, ia pernah merengkuh trofi liga champions Eropa 3 kali berturut-turut bersama Bayern München.


Setelah pensiun sebagai pemain, Beckenbauer mencoba menjadi pelatih. Karirnya sebagai pelatih juga tak kalah hebat, karena ia pernah membawa timnas Jerman Barat menjuarai piala dunia 1990 dengan mengalahkan Argentina, ia juga pernah membawa Bayern München menjuarai piala UEFA
Ia kemudian menjadi presiden klub Bayern München sejak 1994 dan pada 2002 klub jerman itu menunjuknya sebagai Presiden Kehormatan sampai sekarang.


2. Johan Cruyff

Johan Cruyff adalah mantan pemain dan pelatih sepakbola berkebangsaan Belanda. Ia adalah orang yang menggagas taktik Total Football yang terkenal sampai sekarang ini.

Saat masih aktif bermain, Cruyff berhasil membawa Belanda sampai final piala dunia 1974 walaupun akhirnya takluk oleh Jerman Barat. Di level klub ia pernah mempersembahkan 3 kali gelar liga champions Eropa secara berturut-turut pada Ajax Amsterdam.

Setelah pensiun sebagai pemain, Cruyff mencoba menjadi pelatih. Karirnya sebagai pelatih juga tak kalah hebat, karena ia pernah membawa Barcelona menjadi juara liga Spanyol 4 kali berturut-turut dan juara liga champions untuk pertama kalinya, sekaligus menciptakan generasi "The Dream Team Barcelona" pada saat itu
Ia adalah orang pertama yang berhasil meraih gelar juara liga champions Eropa sebagai pemain dan pelatih. Sekarang ia menjadi presiden kehormatan klub Barcelona

3. Carlo Anceloti


Carlo Ancelotti merupaakan seorang manajer sepak bola dan mantan pemain sepak bola asal Italia yang sekarang menjadi manajer klub Ligue 1 Paris Saint-Germain.

Sebagai pemain, Ancelotti bermain sebagai gelandang dan pernah 26 kali memperkuat tim nasional Italia, termasuk pada putaran final Piala Dunia 1990. Pada tahun 1987 hingga 1992 ia memperkuat AC Milan dan berhasil membawa Milan yang menjuarai liga champions 1989 dan 1990.


Sebagai pelatih, ia pernah meraih 2 kali gelar liga champions bersama AC Milan, piala super Eropa, juara Serie A, dan piala dunia antar klub.


Bersama Chelsea, Ancelotti berhasil mendobrak dominasi Manchester United dengan menjuarai liga Inggris dan piala FA di musim pertamanya.


4. Frank Rijkaard


Frank Rijkaard adalah mantan pemain berkebangsaan Belanda dan mantan pelatih Barcelona. Semasa aktif sebagai pemain, ia berposisi sebagai pemain bertahan.

Saat bermain dulu, ia pernah membawa timnas Belanda menjuarai piala Eropa 1988 mengalahkan Uni Sovyet 2-0. Di level klub, ia pernah membawa Ajax Amsterdam juara piala winners dan liga Belanda. Saat bersama AC Milan, ia berhasil meraih 2 kali juara liga champions bersama "The Dream Team AC Milan" pada saat itu yang dilatih oleh Arrigo Sacchi.


Sebagai pelatih, ia pernah menangani barcelona selama 4 musim, dan berhasil membawa Barcelona meraih 2 kali juara liga Spanyol dan juara liga champion Eropa di tahun 2006 usai mengalahkan Arsenal 2-1.


5. Pep Guardiola


Josep Guardiola atau biasa disapa Pep Guardiola adalah mantan pemain berkebangsaan Spanyol dan mantan pelatih klub Barcelona.

Pep pernah bermain untuk Barcelona selama 10 musim, ia berhasil mempersembahkan banyak trofi bergengsi bagi Barcelona, termasuk 4 kali juara liga spanyol beruntun, 1 kali juara liga champions Eropa, dan piala winners. Saat baru berusia 20 tahun, ia telah mampu masuk ke skuad inti Barcelona yang pada waktu itu diasuh oleh Johan Cruyff. Pep juga pernah mengantar timnas Spanyol meraih juara olimpiade 1992 di Barcelona.


Saat ditunjuk sebagai manajer Barcelona menggantikan Frank Rijkaard, Pep sempat dipandang remeh oleh publik Catalan, karena ia tak punya pengalaman membesut tim sekelas Barcelona. Namun Pep menjawab keraguan tersebut dengan mengantar Barcelona meraih treble winner di musim pertamanya. Bahkan di tahun 2009, ia mengantarkan Barcelona memecahkan rekor sebagai klub pertama yang sanggup meraih 6 gelar sekaligus dalam 1 tahun kalender.


6. Antonio Conte


Namanya seolah identik dengan prestasi Juventus, saat menjadi pemain Ia berhasil memberikan Juventus dua kali juara Seria A, sedangkan untuk timnas Italy Ia menjadi pemain yang membawa Italy menembus babak final piala dunia tahun 1994, serta Piala Eropa tahun 2000. 

Sedangkan saat menjadi pelatih, Conte berhasil memberikan Juventus gelar scudetto 3 kali secara berturut-turut. Dan pada saat dilatih oleh Conte Juventus berhasil membuat rekor sebagai tim yang tidak pernah kalah selama satu musim.

7. Luis Enrique

Mantan Gelandang Barcelona, Luis Enrique juga bisa dianggap sebagai mantan pesepak bola yang sukses sebagai pelatih. Meskipun tergolong sebagai pelatih baru, Enrique mampu membawa Barcelona menjadi tim terbaik saat ini.

Musim 2014-2015 menjadi pencapaian terbaik bagi Enrique. Enrique mampu membawa Barcelona meraih trebel winner. Selama menjadi pelatih Enrique telah meraih satu gelar Piala Super Eropa, satu gelar Liga Champions, satu gelar Piala Dunia Antarklub.

Itulah pelatih-pelatih yang sukses semasa menjadi pemain maupun pelatih menurut FTS 90.


Kamis, 28 Januari 2016

5 Pesepakbola Dunia Yang Menjadi Mualaf


Ada sejumlah pemain bola top dunia yang pernah merumput di klub-klub Eropa ternyata adalah seorang mualaf. Menurut pengakuan mereka, menjadi seorang muslim adalah pilihan karena keyakinannya bukan dipengaruhi orang lain termasuk pasangan hidupnya.


Berikut FTS 90 akan menyajikan pemain-pemain dunia yang menjadi mualaf.

1. Franck Ribery

                           

Pemain Bayern Muenchen yang menempati posisi gelandang ini meyakini Islam karena bisa menjadi sumber kekuatan hidupnya. Ribery pernah berkisah pada media Prancis, L'Express, tentang keyakinannya itu.

"Islam adalah sumber kekuatanku, di dalam dan di luar lapangan. Islam telah membimbingku dan mengantarkanku kepada keselamatan," tutur Ribery.

Ribery memeluk Islam pada 2005 saat masih memperkuat klub Turki, Galatasaray. Dia bangga ketika publik mengetahui bahwa dia seorang muslim.

Ada tuduhan menjadi mualaf karena pengaruh wanita yang kemudian dinikahinya. Tapi hal itu ditepisnya meski diakui bahwa istrinya Wahiba Belhami adalah seorang muslimah.

Karena jauh sebelum kenal dengan Wahiba yang merupakan seorang muslimah asal Maroko, dia memang terbiasa di lingkungan orang muslim.

"Tidak ada yang bisa memaksa saya. Biar saya yang tahu apa alasannya,'' jelas Ribery yang punya nama Islam Bilal Yusuf Muhammad.

2. Eric Abidal
 


Nama Eric Abidal kembali menjadi sorotan pemerhati sepakbola saat merumput setelah setahun absen memperkuat Barcelona. Bek berpaspor Perancis itu sebelumnya harus beristirahat panjang usai transplantasi hati.

Terlepas dari semuanya, penampilannya menghapus semua kerinduan Barcelonista, kala itu. Abidal merupakan salah satu pemain yang memilih Islam sebagai jalan hidupnya.

Membaca dua kalimat syahadat dilakukan pemain keturunan Afrika itu pada 2003 silam. Sebelum berislam, Abidal beragama katolik seperti yang diyakini kedua orang tuanya.

Abidal masuk Islam tak lama sebelum memutuskan menikah dengan tambatan hatinya, Hayet, pada tahun yang sama. Hayet merupakan gadis keturunan Aljazair. Dua kalimat syahadat diucapkan setelah memiih nama Eric Bilal Abidal.

Abidal bukan hanya dikenal sebagai sosok muslim yang taat beribadah, pria dua anak itu juga dikenal sebagai sosok keras mempertahankan kewibawaan Islam.

3. Thierry Henry

Islam adalah sebuah pilihan, demikian kata bintang sepak bola asal Perancis, Thierry Henry. Karena itu, ketika memutuskan menjadi mualaf, ia merasa sangat dekat dengan Islam. Aljazirah mengabarkan Henry memeluk Islam 2009 silam.

"Aku menganggap Islam pilihan terbaik dalam beragama," kata mantan striker timnas Perancis tersebut.
Menurut Henry, menjadi seorang muslim itu tidak boleh setengah-setengah.

"Aku mengikuti semua apa yang diajarkan Alquran. Ini sebabnya aku anggap Islam yang paling dekat dengan hatiku," ucapnya.

4. Nicholas Anelka


Nicolas Anelka memulai moncer karirnya di Paris Saint-Germain. Kehebatannya dibuktikan dengan permainannya di klub-klub besar seperti Real Madrid, Arsenal, Liverpool, Manchester City, Bolton Wanderers, dan Chelsea.

Anelka memeluk Islam dengan memilih nama Abdul Salam Bilal Anelka. Ia resmi menjadi mualaf 2004 saat masih memperkuat klub Turki, Fenerbahce. Ia juga yakin bahwa Islam merupakan agama yang paling benar di muka bumi.

"Aku bahagia kini menyandang status sebagai muslim. Ketenangan dan semua pelajaran hidup aku dapat dari agama ini," ujar Anelka.

Sebelum jadi mualaf, Anelka adalah atheis, hidup tanpa kepercayaan. Satu hal yang ia banggakan setelah memeluk Islam adalah mengajarkan peduli sesama dan bersikap adil serta bijaksana.

Dia merasa sebelum mengenal Islam dirinya pribadi yang keras, temperamental, dan tak kenal kompromi.
"Tapi semua berubah setelah aku mengenal Islam," jelasnya.

Sebagai pemeluk Islam dia mengaku tak pernah absen berpuasa saat Ramadhan.

"Tidak ada persoalan yang besar saat aku berpuasa. Staminaku tetap terjaga untuk berlatih dan bertanding," tegasnya.
Anelka beristrikan seorang wanita muslimah bernama Barbara Tausia, keturunan Maroko. Kedua insan itu mengikat janji sebagai suami sitri di Maroko, 9 Juni 2007.

5. Philipe Senderos


Pemain yang pernah di timnas Swiss, Philippe Sylvain Senderos memutuskan menjadi mualaf 2012 silam. Pesepak bola yang pernah bermain di Fulham ini memutuskan memeluk Islam di sebuah pusat agama Islam di Manchester, Inggris.

Ketertarikan Sanderos kepada Islam bukan datang secara tiba-tiba. Lulusan sarjana teologi itu akhirnya menjatuhkan pilihan untuk memeluk Islam. Sebelumnya, ia banyak mempelajari soal agama-agama di dunia.

''Saya tertarik pada agama-agama di dunia. Saya banyak membaca buku,” kata Senderos .

Setelah menjadi muslim, Senderos mencoba mengubah hidupnya dengan menjauhi kehidupan glamor, seks bebas dan minum alkohol dan lainnya.

Final Liga Champions Eropa Paling Dramatis

Final Liga Champions memang sangat ditunggu-tunggu oleh para fans sepakbola, terkadang di final liga champions banyak terjadi keajaiban seperti saat ACMilan Vs Liverpool. Oleh karena itu kali ini kami akan menulis tentang sejarah final liga champions yang paling dramatis, langsung saja...

1.) Manchester United   2-1 Bayern Muenchen  (1999)



 Partai final 1999 adalah partai final paling dramatis sepanjang sejarah Liga Champions Eropa  Bagaimana tidak. Karena saat itu hingga menit kesembilan puluh waktu normal, Bayern Muenchen masih unggul satu gol atas Manchester United lewat tendangan bebas Mario Basler di awal babak pertama. Keajaiban pun datang saat waktu tambahan diberikan wasit. Dua pemain pengganti Manchester, Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solksjaer berhasil menjebol gawang Oliver Kahn dalam waktu tiga menit. Munich cry, United fly.  


2.) AC Milan  3-3 Liverpool  (2005)

Tampil di Ataturk Olympic Stadium, AC Milan langsung menghujam peluru ke liverpool melalui 1 gol dari maldini dan 2 gol dari Crespo. Lebih Parahnya lagi, 3 Gol tersebut terjadi di babak pertama. Disaat para petaruh AC Milan Bersenang-senang, liverpool membalas 3 gol hanya dengan selang waktu 6 menit saja ! melalui Gerard, Smicher, dan Xabi Alonso. Karena pertandingan masih imbang hingga peluit extra time ditiup, pertandingan masuk ke babak penalti, dan akhirnya liverpool memenangkanya dengan skor 3-2.

 

3.) Barcelona  2-1 Arsenal   (2006)





Pada  menit ke 37, seakan kemenangan sudah digemggam arsenal ketika campbell berhasil menjebol gawang victor valdes dimenit ke 37'. Saat pertandingan memasuki 15 menit terakhir, malapetaka akhirnya jatuh juga, Kemenangan yang sudah di depan mata harus sirna di telan serbuan peluru barcelona oleh Eto'o dimenit ke 76' dan Balleti di menit ke 81'.
 


4.) Bayern Muenchen 1-1  Chelsea (2012)


Datang ke Jerman sebagai kuda hitam, Chelsea secara mengejutkan mengalahkan raksasa Jerman, Bayern Munchen. Ini merupakan juara liga champion untuk kali pertma chelsea. Chelsea yang tampil dengan tekanan suporter lawan, dipaksa mengeluarkan jurus "parkir bus" alias bertahan dari menit awal bermain. Sepandai pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga itulah pepatah yang tepat untuk chelsea, karena akhirnya chelsea harus memungut bola dari gawangnya pada menit 83 melalui Thomas Muller. Saat pertandingan dikira akan dimenangkan munchen, Didier Drogba memperpanjang nafas chelsea dengan sunduanya dimenit ke 88. Di Extra time, lagi lagi victory masih bersama Chelsea, tendangan penalti Arjen Robben Berhasil ditepis Cech. Dan akhirnya Chelsea memenangkan pertandingan melalui adu penalti dengan skor 4-3.
 


5.) Real Madrid 1-1 Atletico Madrid (2014)
Hasil gambar untuk final liga champions real madrid vs atm
Derby Ibu Kota tersaji pada final Liga Champions musim lalu. Real Madrid bertemu seteru satu kota Atletico Madrid untuk memperebutkan si Kuping Besar di Estadio da Luz, Portugal. Untuk Los Colchoneros, final tersebut merupakan yang kedua.

Sementara untuk Madrid, mereka mengincar trofi kesepuluh atau La Decima di ajang paling bergengsi di Benua Biru itu. Baik Real maupun Atleti, keduanya sama-sama menunjukan penampilan yang superior dari mulai babak penyisihan grup.

Pada babak knockout, El Real menumbangkan tiga wakil Jerman di tiga fase knockout berbeda. Schalke 04 (16 Besar), Borussia Dortmund (perempatfinal), dan Bayern Munich (semifinal). Sementara Atletico Madrid mengalahkan Milan di babak 16 besar, lalu Barcelona di perempatfinal, dan wakil Inggris Chelsea di babak semifinal.

Pada pertandingan puncak, Atletico tidak gentar menghadapi sang rival abadi. Meski harus kehilangan bomber andalannya, Diego Costa, pada menit awal, anak asuh Diego Simeone tetap menunjukan determinasinya menghadapi El Real. Alhasil pada menit 36 tandukan Diego Godin membawa klub yang identik dengan warna putih-merah itu unggul.
Tertinggal satu gol membuat El Real semakin panas. Namun pertahanan Rojiblancos yang kokoh membuat serangan Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan menemui jalan buntu. Baru pada waktu injury time, Sergio Ramos menyamakan kedudukan untuk Los Blancos. Pada babak extra time, Madrid seolah kesetanan dan menghajar gawang Thibaut Courtois dengan tiga gol dari Gareth Bale, Marcelo, dan Ronaldo. Madrid menang 4-1 dan merengkuh gelar La Decima.