Sabtu, 30 Januari 2016

Pengungsi Yang Menjelma Jadi Pesepakbola Dunia

Akhir-akhir ini, kita melihat lautan pengungsi keluar dari Suriah dan Afghanistan...berusaha masuk ke negara-negara Eropa untuk mengamankan masa depan diri dan anak-anak mereka. Orang-orang tak berdosa menjadi korban konflik, kelaparan dan hidup yang tidak layak, dan mereka nekat untuk keluar meski dihadapkan dengan ketidakpastian.

Peristiwa yang melibatkan jumlah pengungsi yang sangat banyak tidak hanya terjadi kali ini saja, sebelumnya proses demokrasi mengobarkan peperangan di beberapa negara Afrika dan juga Yugoslavia yang kini telah terpecah. Dan kemudian orang tua dengan anak-anak kecil mereka meninggalkan rumah untuk mencari masa depan yang lebih baik dan lebih aman, dan ketika melihat ke arah itu, sepakbola sepertinya menjadi salah satu aspek penting.

Negara-negara Eropa yang biasanya menjadi tujuan memberikan kondisi yang lebih baik bagi para pemain muda, yang mungkin tidak akan secemerlang saat ini tanpa melalui proses menjadi seorang pengungsi.

Pada kesempatan kali ini FTS90 akan menyajikan beberapa pemain top yang meniti karir dari pengungsian :

1. Xherdan Shaqiri


Xherdan Shaqiri lahir pada 1991 di Gjilan yang berada di daerah selatan Kosovo, keluarga Shaqiri berasal dari Albania yang meninggalkan negara pada 1992. Kosovo pada masa-masa perpecahan Yugoslavia adalah daerah yang tidak aman dengan banyaknya kerusuhan.

Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, Shaqiri dan dua saudara laki-laki dan satu saudara perempuan pindah ke Swiss, di kota Augst, dekat Basel. Di sana, ia memerkan kualitas permainannya dan membuat tim pemantau Basel mencium bakatnya ketika masih berusia delapan tahun.

"Saya ingat hari ketika saya dipantau Basel. Saya menangis dan tidak ingin pergi, tetapi ayah saya akhirnya mampu meyakinkan saya. Setelah itu, setiap hari dia mengantar saya pergi ke latihan dengan bus," ujar Shaqiri.

Kini, ia memperkuat klub Liga Primer Inggris, Stoke City, setelah sebelumnya membela dua klub raksasa Eropa, Bayern Munich dan Internazionale.

2. Adnan Januzaj


Pemain Manchester United, Adnan Januzaj saat ini tercatat sebagai pemain timnas Belgia. Pemain berusia 20 tahun tersebut adalah imigran dari Kosovo-Albania. Keluarganya sudah migrasi pada 1992. Ayahnya melarikan diri dari perekrutan tentara oleh Yugoslavia.

Keluarga Januzaj saat menjadi pengungsi hidup cukup menderita dan banyak kesulitan. Namun Januzaj yang juga dilahirkan di Belgia berhasil masuk tim mewah Manchester United pada 2011 silam.

Menjadi bintang di Old Trafford kehidupan Januzaj pun berubah. Dikontrak hingga 2018 mendatang, Januzaj mendapat gaji 30 poundsterling per minggu atau setara dengan Rp600 juta.

Janujaz tak lantas melupakan tanah leluhurnya. Sejak Kosovo mendeklarasikan kemerdekaannya pada 2008, Januzaj sering mengunjungi keluarganya di Kosovo.

3. Asmir Begovic


Begovic masih berusia empat tahun saat meninggalkan tanah kelahirannya, Trebinje. Keluarganya pergi ke Jerman dan kemudian ke Kanada, di mana dia bermain di tim nasional junior. Karirnya terangkat oleh klub Inggris, Portsmouth, hingga sekarang ia membela salah satu klub raksasa Eropa, Chelsea.

"Saya masih kecil, tetapi saya tahu bahwa kota-kota di negara saya dibom, dan orang-orang harus bersembunyi di bawah tanah," kenang Begovic saat diwawancara British Independent.

4. Edin Dzeko

Dzeko menjadi korban dari perpecahan Yugoslavia pada tahun 1990-an yang menimbulkan salah satu migrasi terbesar di dunia. Perang berkecamuk, dan yang paling parah terjadi di Bosnia & Herzegovina, di mana menurut laporan resmi ada 2,2 juta orang melarikan diri.

Sebagian besar pemain tim nasional Bosnia & Herzegovina berada di antara pelarian tersebut, tetapi tidak Dzeko yang menghabiskan masa kecilnya di Sarajevo saat perang dan hanya enam orang yang selamat dari pembantaian anak-anak di Sarajevo.

"Saya ingat menangis keras saat masih kecil karena saat itu kapanpun seseorang bisa tertembak. Ibu menyelamatkan nyawa saya, ketika saya pernah tidak diizinkan bermain sepakbola di lapangan. Beberapa menit kemudian, selongsong peluru berjatuhan dan banyak teman saya terbunuh," ujar Dzeko.

Namun, Dzeko tetap fokus mengembangkan kemampuan sepakbolanya di trotoar yang penuh lubang peluru. Dan dia sukses! Ia akhirnya meninggalkan tanah kelahirannya ke Republik Ceska di mana dia hanya membutuhkan dua tahun untuk menarik minat Felix Magath dan Wolfsburg, sisanya adalah sejarah.

5. Luis Nani


Mantan pemain sayap Manchester United, Luis Nani adalah imigran asal Tanjung Verde, sebuah negara kepulauan di pesisir barat Afrika yang menjadi daerah jajahan Portugal.

Pemain berusia 29 tahun yang saat ini memperkuat klub Turki, Fenerbache tercatat sebagai penggawa timnas Portugal.

Sejak usia 5 tahun ia sudah diajak mengungsi ke Portugal oleh orang tuanya.Namun Nani besar tanpa didampingi orangtuanya. Ia dibesarkan oleh bibinya Antonia di Lisbon setelah ditinggalkan oleh orang tuanya.

Pada usia lima tahun, ayahnya sengaja meninggalkan dengan alasan liburan di Cape Verde tetapi tidak pernah kembali lagi. Dan ketika dia 12 tahun ibunya meninggalkan Portugal untuk memulai hidup baru di Belanda.

Namun kehidupan Nani berubah direkrut klub Portugal Sporting CP pada 2005, sehingga akhirnya Man United kepincut memakai jasanya pada 2007 silam.

6. Christian Benteke


Benteke adalah salah satu pemain paling terkenal yang keluar dari dunia pengungsian. Pada 1993, saat berusia tiga tahun, dia dibawa orang tuanya lari dari perang yang terjadi di Kongo (dahulu Zaire) ke Belgia. Meski mereka tidak berada di bawah ancaman langsung, sang ayah yang seorang tentara, memprediksi perang akan segera mencapai wilayah mereka dan dia tidak ingin mengambil resiko keamanan keluarganya.

Mereka pindah ke Liege, Belgia, di mana dia tinggal dengan beberapa anggota keluarga lain. Benteke tidak pernah mengunjungi negara kelahirannya hingga ia kini menjadi striker andalan timnas Belgia dengan 24 caps dan tujuh gol.

7. Ivan Rakitic

Rakitic lahir dan dibesarkan di Mohlin Swiss, namun keluarganya adalah imigran asal Kroasia. Kecintaannya pada tanah leluhurnya Kroasia membuatnya tetap memilih memperkuat Kroasia di timnas ketimbang Swiss.

Gelandang Barcelona ini memang sejak kecil akrab dengan sepakbola. Ayah dan kakaknya juga pemain sepakbola.

Karier pemain berusia 27 tahun ini terasah saat bergabung di klub raksasa Swiss FC Basel pada 2005. Setelah itu klub Jerman Schalke 04 merekrutnya, disusul Sevilla hingga akhirnya pada 2014 ia resmi berseragam Blaugrana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar