Sabtu, 30 April 2016

5 Klub Pencetak Pemain Berkelas Setiap Tahunnya

Pada sepakbola modern ini banyak klub yang mengandalkan uang sebagai penghasil prestasi dengan mendatangkan pemain-pemain dan pelatih dari berbagai klub untuk menjuarai kompetisi. Tetapi tidak semua klub mengandalkan cara tersebut banyak klub yang lebih memilih mengorbitkan pemain-pemain akademinya ataupun membeli pemain yang jarang diketahui media dan didatangkan dengan harga murah,

Berikut 5 Klub Yang Selalu Menghadirkan Pemain Berkelas Setiap Tahunnya :

1. SL Benfica


Benfica merupakan klub yang berada di Lisbon, Portugal dan bermarkas di Estadio Da Luz ini sudah banyak mengorbitkan nama-nama yang kelak menjadi pemain-pemain berkelas di klub yang dibelanya seperti Angel di Maria yang memecahkan rekor pembelian termahal Manchester United, David Luiz yang menjadi Bek Termahal, Ramires, Fabio Coentrao, Nemanja Matic, dan Axel Witsel.

2. Ajax Amsterdam


Ajax Amsterdam merupakan salah klub yang paling sukses di eropa,  Ajax sudah menjuarai trophy Champion League sebanyak 4 kali,  Sudah banyak nama-nama pemain kelas dunia yang dihasilkan oleh ajax amsterdam yaitu Zlatan Ibrahimovic, Luis Suarez, Klaas Jan Hunteelar, Dan Wesley Sneijder.

3. Atletico Madrid


Atletico Madrid telah menjadi kekuatan baru persepakbolaan Spanyol yang mampu mengganggu hegemoni persaingan antara Barcelona dan Real madrid ,dan puncaknya terjadi ketika Atletico Madrid mampu menjuarai La Liga pada musim 2013/14. Banyak pemain-pemain berkelas yang telah dihasilkan oleh Atletico sebut saja Kiper Man Utd saat ini yang tampil konsisten menjaga gawang klub asal manchester tersebut yaitu David De Gea, Sergio Aguero yang menjadi ujung tombak Manchester City, Diego Costa, Thibaut Courtois, hingga Fernando torres merupakan pemain hasil binaan Atletico.

4. Barcelona


Sudah kita ketahui akademi yang dimiliki oleh barcelona yaitu La Masia bisa dikatakan akademi sepak bola terbaik sejauh ini, Sudah banyak pemain-pemain dunia yang dihasilkan oleh barcelona , seperti pemain terbaik dunia sebanyak 5 kali yaitu lionel messi, Pedro, Iniesta, Xavi,  mereka semua adalah binaan asli akademi Barcelona tersebut.

5. FC Porto


Fc Porto juga merupakan Klub yang senantiasa menghasilkan pemain-pemain berkelas, sudah banyak pemain hebat yang dibina oleh porto seperti Hulk, Gelandang Real Madrid James Rodriguez, Radamel Falcao, dan saat ini ada Ruben Neves

Sekian dan Kunjungi Terus FTS90




Selasa, 26 April 2016

6 Tim Yang Hanya dan Terlalu Mengandalkan Kiper

Tim yang memiliki kolektivitas bermain sulit ditaklukkan, dan kerap menghasilkan prestasi di akhir musim.
Dalam sepak bola modern, hasil akhir pertandingan tak jarang ditentukan oleh satu pemain, yang memiliki kemampuan melebihi rekan setimnya.

Pemain tersebut tak mesti harus seorang striker, gelandang, atau bek, bahkan kiper juga dapat melakukannya. Penjaga gawang kerap tidak mendapatkan banyak pujian setelah laga berakhir, padahal jika dilihat kembali jalannya pertandingan. Sebagian kiper klub menampilkan aktraksi hebat ketika menepis peluang lawan, dan menjaga gawang tetap clean sheet.

Tim yang memiliki ketergantungan dengan mengandalkan kipernya,  merupakan indikasikan jika pertahanan yang dimiliki tim tersebut buruk alias rapuh dan mudah diterobos lawan. Kondisi tersebut juga bisa berakibat fatal jika sang kiper sudah terlalu lelah akibat bekerja keras untuk mengamankan gawangnya.

Berikut 6 Tim Yang Hanya dan Terlalu Mengandalkan Kiper versi FTS90.

1.) Arsenal  ( Petr Cech )


Pelatih Arsenal, Arsene Wenger membeli Petr Cech dari Chelsea untuk bermain di posisi kiper Arsenal, setelah pada beberapa musim sebelumnya ditempati oleh kiper yang bisa dibilang minim pengalaman seperti Wojciech Szcesny, Vito Mannone, dan Lukasz Fabianski.

Baru semusim dibeli dari Chelsea, Cech yang sudah berpengalaman dan meraih banyak prestasi bersama Chelsea langsung membawa The Gunners bersaing memperebutkan gelar juara Premier League, terakhir kali diraih Arsenal pada 2004.

Ucapan dari kapten Chelsea, John Terry, yang berkata: “memiliki Cech sama saja memberikan banyak poin kepada klub benar adanya”. Inkonsistensi duet bek Arsenal yang dihuni Laurent Koscielny, Gabriel Paulista, dan Per Mertesacker terbantu dengan penyelamatan krusial Cech dalam beberapa laga.

2.) Spanyol ( Iker Casillas )


Apakah Anda masih ingat pada pembukaan Piala Dunia 2014? Laga pembuka tersebut mempertemukan Spanyol melawan Belanda, dimana Tim Oranje membabat habis sang juara bertahan dengan skor telak 5-1, pada 14 Juni 2014. Kekalahan memalukan ini membuat La Furia Roja menjadi juru kunci Grup B.
Seperti dilansir salah satu media, banyak kesalahan yang dilakukan Vicente Del Bosque, sehingga membuat langkah Spanyol dianggap telah terhenti. Salah satu faktor penyebab hal tersebut adalah Timnas Spanyol terlalu mengandalkan Casillas.
Mantan pemain Real Madrid ini menjadi salah satu biang kekalahan telak Spanyol atas Belanda. Beberapa kesalahan dilakukan kiper Porto itu sehingga menyebabkan lahirnya gol untuk timnas Belanda. Salah satu kesalahan Del Bosque adalah terlalu mengandalkan sosok Casillas, padahal dua kiper lainnya yakni David De Gea dan Pepe Reina tampil mengesankan bersama klub mereka.

3.) Manchester United ( David de Gea )

 

Sudah tidak diragukan lagi. Jika bukan David de Gea yang berada di bawah mistar gawang United, bisa jadi The Red Devils berada jauh di papan tengah klasemen Liga Inggris. Pasalnya penyelamatan kiper bernegara Spanyol itu seharga tiga poin bagi United.

Maka tidak salah jika fans United sangat ingin De Gea tetap bermain di Old Trafford, meski Real Madrid sangat bernafsu ingin mendatangkannya ke Santiago Bernabeu. Dengan refleksnya yang bagus, De Gea merupakan pemain terbaik United yang konsisten menjaga gawang tim.

Bukti nyata penyelamatan-penyelamatan krusial De Gea terlihat saat United kalah 0-2 dari Liverpool di leg pertama 16 besar Europa League. De Gea menjaga asa United untuk membalikkan keadaan di leg kedua yang berlangsung di Old Trafford. Jika saja saat itu bukan ia kipernya, bisa jadi United kebobolan lebih dari dua gol.

4.) Swansea City ( Lukasz Fabianski )

 

Kiper yang dibuang oleh Arsene Wenger dari Emirates, Lukasz Fabianski justru bersinar bersama Swansea City. Meski saat ini The Swans dalam misi menjauh dari zona degradasi di bawah asuhan Francesco Guidolin, tapi peran Fabianski tak kalah hebatnya dengan ketangguhan bek sekaligus kapten tim, Ashley Williams.

Fabianski bermain di seluruh laga Swansea saat ini hingga pekan 30 Premier League dan melakukan 81 penyelamatan. Hal itu membuat para fans Swansea ingin jika ia bertahan di Swansea.

5.) AC Milan ( Gianluigi Donnarumma )


AC Milan sejauh ini lebih heboh di bursa transfer musim panas, ketimbang perjalanan di Serie A yang naik turun. Rossoneri mendatangkan Carlos Bacca, Luiz Adriano, Alessio Romanogli, Andrea Bertolacci dan pemain lainnya.

Namun di antara pembelian itu, justru nama kiper lulusan akademi klub AC Milan yang bersinar ktimbang rekrutan anyar, dia adalah Gianluigi Donnarumma. Memulai debut di usia 16 tahun, hingga kini di usianya yang baru berumur 17 tahun.

Pelatih Milan, Sinisa Mihajlovic sangat memercayai kualitasnya meskipun ia minim pengalaman. Dan Donnarumma membayar kepercayaan itu dengan menyingkirkan seniornya seperti Diego Lopez, dan Christian Abbiati.

Ketika banyak pengamat sepak bola Italia meragukan ketangguhan pertahanan Milan, Donnarumma kerap muncul sebagai pahlawan menjaga gawang peraih tujuh trofi Champions League dengan sejumlah clean sheet yang berhasil ia lakukan bersama AC Milan musim ini.

6.) Inter Milan ( Samir Handanovic )

 

Pemain yang dibeli dari Udinese pada 2012, Samir Handanovic, memberikan keuntungan untuk Inter dengan penyelamatan-penyelamatan krusial. Kiper Slovenia berusia 31 tahun selalu jadi pilihan utama La Beneamata, meski kursi pelatih selalu berganti dari Andrea Stramaccioni, Walter Mazzarri, hingga Roberto Mancini saat ini.

Julukan kiper spesialisasi tendangan penalti merupakan status yang diberikan kepadanya. Handanovic tak hanya hebat dan tenang dalam melakukan penyelamatan, namun juga kerap melakukan penyelamatan penalti dan menghindarkan Inter dari kekalahan.


Itulah 6 Tim Yang Hanya dan Terlalu Mengandalkan Kiper versi FTS90.

Baca Juga :



Minggu, 24 April 2016

7 Pemain Perancis Yang Sukses Menaklukkan Kerasnya Liga Inggris

Liga inggris merupakan salah satu liga paling kompetitif di daratan eropa, semua tim bisa bersaing memperebutkan gelar liga inggris , sebagai contoh musim 2015/16 muncul satu nama baru yang berkesempatan menjuarai liga Inggris yaitu Leicester City. Liga Inggris juga salah satu kompetisi yang difavoritkan oleh pemain Perancis. Dari sekian banyak pemain perancis yang mencoba peruntungannya di Inggris, ada yang sukses berhasil menaklukkan kerasnya Liga Inggris,

Berikut Pemain Prancis Yang Berhasil Menaklukkan Liga Inggris.

1. William Gallas 


Meski berposisi asli sebagai bek tengah, namun Gallas juga dikenal memiliki keunggulan tersendiri dengan bisa dimainkan sebagai fullback di kedua sisi lapangan. Kemampuan bertahannya yang istimewa membuat Gallas sempat membela tiga klub besar London sepanjang 12 tahun petualangannya di Premier League: Chelsea, Arsenal, dan Tottenham Hotspur.

Gallas tercatat tampil dalam 321 laga Premier League dan mencetak 26 gol, serta meraih dua gelar juara Premier League beruntun bersama Chelsea. Namanya juga tercantum dalam PFA Team of The Year pada edisi 2002-03 dan juga 2005-06.

2. Patrice Evra 


Dibeli dari AS Monaco pada bursa transfer musim dingin 2006, sempat diragukan perfomanya pada awalnya. Namun perlahan tapi pasti ia mampu merebut kepercayaan Alex Ferguson, dan menjadi bek kiri reguler United selama delapan musim lamanya. Konsistensinya bersama United membuatnya kerap dijuluki sebagai bek kiri terbaik dunia pada masa jayanya.

Kinerja Evra di sisi kiri mampu mempersembahkan lima trofi Premier League, tiga Piala Liga, lima Community Shield, satu gelar Liga Champions, dan satu Piala Dunia Antarklub. Evra mencatatkan total 273 penampilan di Premier League dan terpilih dalam PFA Team of The Year pada tahun 2006-07, 2008-09, dan 2009-10.

3. Patrick Vieira 


Sampai saat ini, Vieira masih kerap dianggap sebagai gelandang tengah paling tangguh di sepanjang sejarah Premier League. Pemain yang sempat gagal berkari di AC Milan ini merupakan kapten sekaligus motor lini tengah skuat The Invincibles Arsenal yang sangat ditakuti di Inggris pada awal dekade 2000-an.

Vieira dikenal sama handalnya dalam bertahan maupun menyerang, kemampuan dan posturnya sebagai gelandang tengah juga sangat ideal. Jiwa kepemimpinannya sebagai kapten juga membuatnya sangat disegani oleh kawan maupun lawan.

Total ia mempersembahkan tiga gelar Premier League, empat Piala FA, dan empat Community Shield untuk Arsenal, dan satu gelar Piala FA untuk Manchester City di akhir karirnya.

4. Robert Pires


Pires terkenal dengan gayanya yang flamboyan sebagai motor serangan Arsenal, dan juga berperan besar dalam skuat legendaris The Invincible. Memiliki kaki kiri yang sangat berbahaya, Pires sangat diwaspadai dengan aksi dribble-nya yang tajam, umpan silangnya yang akurat, dan juga insting golnya yang luar biasa.

Semasa membela Arsenal, ia mencetak 63 gol dan 19 assist dalam 189 laga, angka yang sangat bagus untuk ukuran pemain non-striker. Pires mengantar The Gunners dua kali juara Premier League dan juga tiga kali Piala FA, serta tiga tahun beruntun masuk dalam skuat PFA Team of The Year.

5. Eric Cantona 


Bergabung dengan MU dari Leeds United dengan proses transfer yang cukup unik, Cantona menjadi bagian penting dari awal dominasi The Red Devils di Premier League. Tak ada yang menyangka United mendatangkan Cantona dengan harga 1,2 juta Pounds, dan dengan cepat ia mampu mencuri hati publik Old Trafford.

Selain memiliki kualitas olah bola dan kemampuan mencetak gol yang mumpuni, Cantona juga menjadi idola fans karena sikapnya eksentrik dan juga determinasinya yang tinggi, meski terkadang tempramennya meledak-ledak.

Cantona berperan penting dalam keberhasilan United meraih dua gelar Premier League pertama. Namun saat United berusaha meraih gelar ketiga beruntun, Cantona harus absen cukup lama akibat tendangan kungfunya terhadap fans Crystal Palace pada 22 Januari 1995. Aksi ini dikenal sebagai salah satu kontroversi terbesar di sepakbola Inggris hingga saat ini.

Cantona kembali menjadi tulang punggung United di dua musim selanjutnya yang semuanya berakhir dengan gelar juara. Ia menjadi kapten United di musim 1996-97, sebelum pensiun di usia yang relatif muda, 30 tahun.

6. Nicholas Anelka


Dikenal sebagai striker berjiwa petualang karena dirinya yang sering berpindah-pindah klub, Anelka menghabiskan 13tahun karirnya di Inggris dengan membela enam klub berbeda. Rasio golnya di klub-klub tersebut pun cukup memuaskan, dengan total 125 gol dalam 362 pertandingan.

Namun dari enam klub tersebut, Anelka hanya mampu mengangkat trofi Premier League bersama Arsenal dan Chelsea, plus tiga Piala FA. Secara individu Anelka pernah tercatat sebagai topskor Premier League di tahun 2009 bersama Chelsea, dan terpilih dalam PFA Team of The Year dua kali dengan jarak sepuluh tahun (1998-99 bersama Arsenal, 2008-09 bersama Chelsea).

7. Thierry Henry


Tak bisa dibantah lagi jika Henry akan selalu lekat dengan julukan striker terbaik yang pernah bermain di Premier League. Memiliki dribble maut, dua kaki yang sama hidupnya, serta kemampuan untuk mencetak gol dari berbagai jarak maupun bola mati membuatnya menjadi momok yang ditakuti oleh pertahanan lawan.

Henry saat ini tercatat sebagai pengoleksi gelar topskor Premier League terbanyak, dengan total empat kali. Ia juga enam kali terpilih dalam PFA Team of The Year dan menyabet penghargaan Sepatu Emas Eropa pada tahun 2004 dan 2005.

Bersama Arsenal, Henry mencetak 175 gol di Premier League dalam 258 laga. Secara keseluruhan, ia membukukan 228 gol di seluruh kompetisi yang membuatnya dikenang sebagai pencetak gol sepanjang masa The Gunners. Dua gelar Premier League dan tiga gelar Piala FA yang dipersembahkannya dalam delapan tahun pengabdian membuatnya mendapatkan gelar legenda, dan patung perunggu Henry kini menghiasi sisi luar Emirates Stadium

Itulah artikel tentang 7 Pemain Perancis Yang Sukses Menaklukkan Kerasnya Liga Inggris , 
Sekian dan kunjungi terus FTS90

Jumat, 22 April 2016

Sejarah Nama Stadion Klub Raksasa Eropa

Stadion merupakan markas bagi setiap klub untuk untuk bertanding. Dalam bertanding di kandang sendiri para pemain akan termotivasi untuk meraih kemenangan karena didukung oleh para fans. Stadion juga mempunyai nama, tak jarang stadion diberi nama dengan nama sponsor klub tersebut, seperti Emirates Stadium milik Arsenal dan Etihad Stadium milik Manchester City.

1.) Chelsea


Stadion milik Chelsea dari mulai dibangun sampai sekarang, tahun 2016, masih bernama tetap, yakni; Stamford Bridge Stadium. Suporter Chelsea sangat bangga terhadap hal tersebut, mereka mengejek Arsenal yang harus membuat stadion baru sampai-sampai Arsenal harus menjual para pemain pentingnya demi mendanai pembangunan Emirates Stadium. Stadion Stamford Bridge pada awalnya berkapasitas sampai 100.000 kursi.

Stamford Bridge didesain oleh arsitek yang sama yang membuat Stadion Ibrox kandang Glasgow Rangers, Celtic Park kandang Glasgow Celtic dan Hampden Park kandang Tim Nasional Skotlandia yakni, arsitek Archibald Leitch.

Kebanyakan klub sepakbola didirikan lebih dahulu baru kemudian mencari stadion untuk bermain, namun didirikannya Chelsea semata agar ada yang bermain di Stadion Stamford Bridge. Karena berbagai alasan keamanan kapasitas stadion terus dikurangi hingga pada 2013 hanya menjadi 42.000 kursi.

2.) Manchester United


Old Trafford adalah sebuah stadion sepak bola yang bertempat di Old Trafford, Greater Manchester, Inggris, dan merupakan markas klub dari Manchester United. Dengan kapasitas 75.635 kursi, stadion ini merupakan stadion terbesar ketiga dan stadion sepak bola terbesar kedua di Inggris, serta stadion kesebelas terbesar di Eropa.

Old Trafford yang dijuluki "The Theater of Dreams" oleh Sir Bobby Charlton, stadion ini sudah menjadi markas United sejak 1910, walaupun sejak 1941 hingga 1949, klub berbagi Maine Road dengan rival lokal Manchester City setelah kerusakan akibat pengeboman pada Perang Dunia II.

Old Trafford mengalami beberapa kali perluasan pada tahun 1990-an dan 2000-an, termasuk penambahan tingkat di Tribun Utara, Barat, dan Timur, yang membuat stadion kembali ke kapasitas aslinya, yaitu 80.000 kursi. Perluasan ke depannya dapat termasuk penambahan tingkat kedua di Tribun Selatan, yang dapat meningkatkan kapasitas menjadi 90.000 kursi. Rekor kehadiran stadion tercatat pada 1939, saat 76.962 orang menghadiri semifinal Piala FA antara Wolverhampton Wanderers dan Grimsby Town.

3.) Barcelona


Stadion Barcelona yakni Camp Nou, didesain oleh arsitek Francesc Mitjans MirĂł dan Josep Soteras Mauri, yang bekerjasama dengan Lorenzo GarcĂ­a BarbĂłn, dan stadion ini dibangun pada tahun 1955 sampai 1957, yang sebagian besar menggunakan baja dan beton. Proyek ini secara keseluruhan memakan biaya yang mengejutkan sebesar 288 juta pesetas, yang berarti klub akan menanggung hutang besar di masa-masa mendatang.

Awalnya akan diberi nama resmi ‘Estadi del FC Barcelona’, stadion ini secara populer dikenal dengan nama 'Camp Nou' (‘lapangan baru’), sebagai kebalikan dari tempat lama klub di Les Corts. Pada musim 2000/2001, setelah dilakukan pemilihan suara melalui pos berdasarkan keanggotaan klub, barulah keputusan dibuat untuk menjadikan ‘Camp Nou’ nama resmi stadion ini. Dari 29.102 suara yang diterima klub, total 19.861 (68,25%) lebih menyukai Camp Nou daripada Estadi del FC Barcelona.

Tinggi maksimum stadion adalah 48 meter, dan meliputi area permukaan 55.000 meter persegi (panjang 250 meter dan lebar 220 meter). Sesuai dengan ketentuan UEFA, area pertandingan telah dikurangi menjadi 105 meter x 68 meter.

Dengan kapasitas 99.354, stadion ini adalah yang terbesar di Eropa saat ini. Namun, total kapasitas berubah sepanjang tahun karena berbagai modifikasi. Ketika stadion ini pertama kali dibuka pada tahun 1957, tempat ini menampung 93.053 penonton, yang bertambah menjadi 120.000 pada tahun 1982 untuk pertandingan Piala Dunia FIFA. Namun, penetapan peraturan baru yang menyatakan bahwa area tribun tidak sah menyebabkan kapasitas stadion dikurangi pada akhir tahun 1990-an menjadi hanya di bawah 99.000.

Pada musim 1998-99, UEFA mengakui layanan dan fungsi-fungsi Camp Nou dengan menganugerahinya status bintang lima. Di seluruh Spanyol, hanya ada empat stadion lainnya yang dapat mengklaim status tersebut, Stadion Lluís Companys Olympic, juga di Barcelona, Stadion Cartuja Olympic yang baru di Seville, Vicente Calderón, rumah bagi Atlético Madrid, dan Santiago Bernabeu, juga di Madrid.

Dari berbagai fasilitas yang ditawarkan di dalam stadion ini, yang perlu dicatat adalah kapel di sebelah ruang ganti pakaian, tribun presiden, ruang VIP, ruang media, beberapa studio televisi, Pusat Medis Olahraga, Unit Kontrol Operatif (UCO), area pemain veteran, museum klub FC Barcelona, dan kantor-kantor dari semua departemen klub yang berbeda.

4.) AC Milan


Stadion kebanggaan dari warga Milan, Giuseppe Meazza, juga dikenal dengan nama San Siro, adalah stadion sepak bola yang bertempat di Milan, Italia. Stadion ini adalah kandang bagi dua tim Liga Italia dari Serie A, yaitu AC Milan dan Internazionale.

Stadion Giuseppe Meazza mulai dibangun oleh Piero Pirelli, presiden AC Milan saat itu, pada 1 Agustus 1925 sampai 15 September 1926 dengan nama Nuovo stadio Calcistico San Siro. Pembangunan tersebut menghabiskan dana sekitar 5 juta lira. Stadion ini dibuka secara resmi pada tanggal 19 September 1926 dengan pertandingan derby antara AC Milan melawan Inter Milan, yang dimenangkan oleh Inter Milan dengan skor 6 - 3.

Pada awalnya Stadion ini adalah Stadion kandang bagi AC Milan, hingga pada tahun 1935 AC Milan mengalami kebangkrutan dan harus menjual stadion tersebut pada Pemerintah kota Milan. Inter Milan kemudian menyewa Stadion ini dari Pemerintah kota Milan pada tahun 1947, sejak saat itu stadion ini digunakan sebagai kandang bagi Inter Milan dan AC Milan. Jauh sebelum menggunakan Stadion Giuseppe Meazza, Inter selalu menggunakan Stadion Arena.

Nama Giuseppe Meazza dipilih sebagai nama Stadion pada 3 Maret 1980 untuk menghormati pemain sepak bola legendaris yang membawa Italia menjuarai Piala Dunia 1934 dan 1938, sekaligus mantan pemain Inter dan Milan. Suporter AC Milan lebih suka menggunakan nama "San Siro" untuk menyebut nama stadion ini, karena Giuseppe Meazza lebih identik sebagai ikon Inter Milan walaupun pernah bermain untuk AC Milan.

Pada tahun 1987 dalam persiapan untuk Piala Dunia pemerintah Italia memberikan dewan kota Milan $30 juta untuk memodernisasikan stadion tersebut, namun akhirnya ongkosnya membengkak dua kali lipat.

Pada tahun 1990, stadion ini menjadi tempat pertandingan final Piala Dunia antara Jerman Barat dan Argentina.

5.) Arsenal


Stadion milik Arsenal sebelum Highbury bernama Manor Ground. Pada awalnya, Manor Ground sendiri sebenarnya hanyalah tanah lapang biasa. Sampai kemudian Dial Square bermain mereka membangun tribun-tribun layaknya stadion untuk memenuhi standar Liga Inggris pada saat itu. Arsenal memakai Manor Ground sampai tahun 1913 seperti dikatakan di atas. Stadion Highbury bernama resmi Highbury Arsenal Stadium.

Stadion Highbury mengalami beberapa renovasi dan peningkatan serta pengurangan kapasitas. Pada awalnya Highbury berkapasitas 57.000 penonton bahkan bisa mencapai 60.000 penonton. Hingga pada tahun 1993 saat Arsenal merenovasi stadion karena kursinya diganti kapasitasnya malah menjadi 38.419 bahkan ketika Arsenal bermain di Liga Champions Eropa kapasitasnya semakin berkurang menjadi hanya 35.000. Itulah sebabnya kalau bermain di Liga Champions Eropa pada saat itu Arsenal memakai Stadion Tim Nasional Inggris yang bernama Stadion Wembley.
Ketika Arsenal ingin merenovasi dan meningkatkan kapasitas stadion Highbury kembali. Hal itu terasa tidak mungkin karena di sekitar stadion sudah padat sehingga kalau stadion diperluas ataupun diperlebar berisiko menggusur penduduk di sekitar stadion dan bisa memicu kemarahan suporter Arsenal sendiri.

Akhirnya pada tahun 2001 Arsenal mengajukan proposal Izin Membangun Bangunan kepada pemerintah London untuk membangun stadion baru yang saat itu direncanakan berkapasitas 60.000 orang. Bulan Juli tahun 2006 selesailah stadion baru tersebut dengan nama Emirates Stadium dinamai sesuai dengan nama sponsor Arsenal musim 2006-2007 dan juga sponsor utama pembangunan stadion tersebut. Emirates Stadium sendiri kini berkapasitas 62.000 penonton. Stadion ini dipakai Arsenal hingga saat ini.

Sekian & Terima Kasih.

Baca Juga :

Senin, 18 April 2016

7 Deretan Super Sub Terhebat

Super-sub, adalah istilah yang diberikan khusus untuk para pemain pengganti yang kerap masuk di tengah-tengah pertandingan, kemudian menyelamatkan tim dari kekalahan, atau bahkan membalikkan keadaan dan membuat timnya memenangkan pertandingan.

Mereka jarang dimainkan sebagai starter, namun tetap mampu tampil memikat walaupun tidak bermain selama 90 menit penuh. 

Berikut deretan Super Sub Terhebat.

1. Javier "Chicharito" Hernandez


Javier Hernandez adalah seorang striker muda asal Meksiko yang kerap menyelamatkan klubnya dari kekalahan.
Kala bermain di Manchester United,walaupun tidak nyaman dengan perannya sebagai seorang super-sub dan menginginkan lebih banyak kesempatan tampil sebagai starter, pemain ini selalu menjadi senjata rahasia Manchester United di saat duet utama saat itu Wayne Rooney dan Robin van Persie, gagal mencetak gol.

Setelah sempat membela Real Madrid,Saat ini Chicharito sudah mendapatkan posisi reguler bersama Bayern Leverkusen dan menjadi top skorer di klubnya tersebut.

2. Michael Owen


Walaupun sempat menikmati posisi sebagai striker nomor satu yang tak tergantikan ketika bermain untuk Liverpool, Michael Owen harus puas dianggap sebagai pemain super-sub di Real Madrid dan Manchester United.

Di Madrid, ia kalah bersaing dengan duet Ronaldo dan Raul Gonzalez. Walaupun demikian, ia berhasil mencetak banyak gol. Di musim 2004-2005, Owen bahkan berhasil mencetak 13 gol, dengan rasio perbandingan antara gol dan jumlah menit bermain paling tinggi di La Liga.

Bersama Manchester United, Owen juga beberapa kali mencetak gol sebagai pemain pengganti, salah satunya adalah gol menit terakhir yang membawa Manchester United mengalahkan Manchester City di musim 2009-2010.

3. Edin Dzeko


Di awal karirnya bersama Manchester City, Dzeko lebih banyak dimainkan sebagai pemain pemain cadangan karena kalah bersaing dengan duet utama, Carlos Tevez dan Sergio Aguero.

Walaupun demikian, ia tetap konsisten mencetak gol walaupun dimainkan sebagai pemain pengganti. 

Dan sekarang Dzeko sedang mengalami penurunan performa bersama Tim ibukota italia, AS Roma.

4. Tore Andre Flo


Jika anda seorang fans Chelsea pasti anda mengagumi sosok satu ini. Tore Andre Flo adalah seorang striker jangkung asal Norwegia yang memiliki keunggulan dalam mencetak gol dengan sundulan kepala.

Ia dibeli dari klub Norwegia, Brann, namun kesulitan mendapat tempat utama sebagai starter karena posisi tersebut sudah dikuasai secara mutlak oleh Gianfranco Zola, Gianluca Vialli, dan Mark Hughes.

Walaupun demikian, Flo masih sering memeberikan kontribusi besar dengan mencetak gol dari bangku cadangan. Dari total 50 gol yang dicetaknya untuk Chelsea, 13 dibuat ketika ia tampil sebagai pemain cadangan.

5. Jermain Defoe


Jermain Defoe memegang rekor sebagai super-sub terbanyak yang mencetak gol di Premier League dan tim nasional Inggris.

Di Premier League, striker ini sudah mencetak lebih dari 20 gol ketika tampil sebagai pemain cadangan. Bersama The Three Lions, Defoe juga menjadi pemain terbanyak yang mencetak gol ketika tampil sebagai pemain pengganti, dengan total tujuh gol.

Walaupun demikian, banyak yang menilai bahwa sebenarnya Defoe cukup kompeten tampil sebagai pemain starter, baik di level klub maupun tim nasional.

6. Nwankwo Kanu



Selama bermain untuk Arsenal dari tahun 1999 hingga 2004, Kanu memang bukanlah striker pilihan pertama coach Arsene Wenger.

Ia lebih banyak tampil sebagai pemain pelapis untuk Dennis Bergkamp, Nicolas Anelka, atau Thierry Henry. Meskipun demikian, Kanu berhasil memanfaatkan setiap menit yang ia miliki dengan baik.

Penampilan terbaiknya sebagai super-sub terjadi dalam pertandingan melawan Chelsea di musim 1999-2000, di mana ia mampu mencetak hattrick dalam waktu 15 menit setelah masuk ke lapangan sebagai seorang pemain pengganti.

Karena kontribusinya yang cukup besar, Kanu sering dianggap sebagai salah satu striker Arsenal terbaik sepanjang masa.

7. Olle Gunnar Solskjaer


Gelar super-sub terbaik dalam sejarah sepakbola tampaknya sangat pantas diberikan kepada Ole Gunnar Solskjaer.

Striker asal Norwegia ini adalah salah satu striker yang paling produktif dalam mencetak gol ketika tampil sebagai pemain pengganti.

Momen paling berkesan yang pernah dibuat oleh Solskjaer adalah saat mencetak gol injury time di final Liga Champions 1998-1999 yang membawa Manchester United menang dengan skor 2-1.

Ia juga pernah mencetak empat gol dalam waktu 19 menit setelah tampil sebagai pemain pengganti dalam pertandingan melawan Nottingham Forest bulan Februari 1999.

Itulah 7 deretan suer sub terhebat versi FTS90, sekian dan kunjungi terus FTS90

Rabu, 13 April 2016

7 Keputusan Wasit Yang Paling Kontroversial Dalam Sepakbola

Terkadang usaha kerja keras saja belum cukup untuk memenangkan sebuah pertandingan. Tentu diperlukan keberuntungan dan faktor lain yang berpengaruh. Keputusan wasit bisa menjadi penentu siapa pemenang pertandingan. Wasit tidak jarang bersikap kontroversial dan dinilai berat sebelah.
Sekalipun wasit utama dibantu oleh 2 orang asisten dan sekarang dibantu oleh 2 wasit garis gawang, tetap saja ia bisa melakukan kesalahan, terlebih lagi jika bertugas dalam sebuah laga yang krusial dan penuh gengsi dan tekanan.
Berikut 7 Keputusan Wasit Yang Paling Kontroversial Dalam Sepakbola versi FTS90

1.) Martin Atkinson
Chelsea vs Manchester United (Premier League 2011)


Jika wasit yang bernama Howard Webb dikenal sebagai salah satu fans atau pendukung dari Manchester United, maka wasit Atkinson diduga kuat merupakan penggemar berat Chelsea. Atkinson bersikap seperti membela kepada The Blues pada pertandingan ini.

2.) Clive Thomas
Brasil vs Swedia (Piala Dunia 1978)  


Saat timnas Swedia secara mengejutkan berhasil menahan imbang Brasil dengan skor 1-1 sampai menjelang menit akhir pertandingan. Dan pada menit-menit akhir pertandingana, Zico berhasil mencetak gol melalui sundulan.
Namun wasit Thomas menganulir gol tersebut, bukan karena Zico melakukan pelanggaran, namun karena Thomas mengakhiri pertandingan saat bola masih berada diudara. Wasit asal Wales itu pun dicerca karena dinilai sangat tidak tepat dalam meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. Pertandingan itu berakhir dengan hasil imbang, timnas Swedia pun meraih satu-satunya angka dari Brasil pada kompetisi tersebut.

3.) Ali Bin Nasser
Argentina vs Inggris (Piala Dunia 1986)


Siapa yang tidak ingat dengan sebutan gol tangan tuhan dari Diego Maradona? Tentunya peristiwa historis itu tidak akan bisa dilupakan oleh siapapun, khususnya bagi publik sepakbola Inggris.
Jika Maradona dianggap sebagai pencipta gol tangan tuhan, maka wasit Ali Bin Nasser dicap sebagai pengesah gol tangan tuhan dari Diego Maradona tersebut. Argentina pun lolos ke semifinal karena berhasil mengalahkan Inggris dengan skor 2-1 walaupun dengan sedikit kecurangan. Kedua gol dari Argentina dicetak oleh Maradona. Seandainya wasit asal Tunisia tersebut menganulir gol tangan tuhan dari Maradona, maka belum tentu Argentina menang dan lolos ke semifinal pada saat itu.

4.) Charles Corver
Jerman Barat vs Perancis (Piala Dunia 1982)


Laga super big match terjadi pada semifinal Piala Dunia 1982 yang digelar di Sevilla, Spanyol. Pertandingan tersebut berjalan dengan sangat keras dan sedikit kasar. Kiper Jerman Barat pada pertandingan tersebut, Harald Schumacher bertabrakan dengan bek Perancis, Patrick Battiston.
Namun itu bukan benturan biasa. Dalam tayangan ulang terlihat jelas Schumacher menyikut Battiston hingga mengalami koma. Battiston juga kehilangan 2 gigi depan dan patah tulang belakang. Saat itu perlengkapan medis di lapangan masih sederhana.
Entah melihat atau tidak, wasit yang memimpin laga saat itu, Corver tidak menghukum kiper Jerman Barat itu dengan kartu apapun. Akhirnya Der Panzer memenangkan pertandingan dengan adu penalti dengan skor 5-4 atas Les Bleus. Seandainya saja wasit asal Belanda itu mengusir Schumacher dari lapangan, maka belum tentu Jerman Barat menang dan lolos ke final Piala Dunia 1982.

5.) Graham Poll
Kroasia vs Australia (Piala Dunia 2006)


Mungkin gelar wasit pelupa layak didapat oleh wasit Graham Poll. Ia mengganjar bek Kroasia, Josip Simunic, dengan kartu kuning sebanyak 3 kali sebelum mengusirnya dari lapangan. Wasit asal Inggris itu lupa untuk mengeluarkan Simunic pada hukuman kartu kuning yang kedua.
Uniknya, semua ofisial yang membantu Poll juga tidak menyadari hal tersebut. Akibat kecerobohannya yang memalukan, Poll diberhentikan dari Piala Dunia 2006. Kemudian Poll menyatakan pensiun dari tugas internasional, tapi masih bertugas di liga domestik Inggris.

6.) Marco Rodriguez
Chile vs Spanyol (Piala Dunia 2010)


Salah satu kemampuan terbaik dari Fernando Torres, ditunjukannya pada laga ini. Torres melakukan diving tepat sebelum Andres Iniesta mencetak gol.
Dalam peraturan resmi FIFA, jika wasit melihat sebuah pelanggaran, maka seharusnya pertandingan dihentikan sementara untuk memberikan hukuman bagi pemain yang melanggar.
Namun Rodriguez memberikan keuntungan ganda bagi Spanyol. Ia mengesahkan gol iniesta sekaligus mengganjar pemain Chile, Marco Estrada dengan kartu kuning kedua.

7.) Byron Moreno
Korea Selatan vs Italia (Piala Dunia 2002)


Korea Selatan secara mengejutkan menjadi salah satu kekuatan baru di sepakbola dunia. Tetapi banyak pihak yang menilai bahwa jalan Korsel untuk menuju perempat final, dibantu oleh berbagai wasit termasuk Moreno, ia merupakan wasit yang paling menonjol kontroversinya.
Saat pertandingan Korsel melawan Italia. Beberapa keputusan wasit asal Ekuador itu, sangat menguntungkan bagi tuan rumah dan merugikan bagi Italia. Moreno disinyalir ingin membalaskan dendam karena negaranya dikalahkan oleh Italia 0-2 pada babak grup G Piala Dunia 2002.
Akhirnya Korsel menang 2-1 atas Italia. Impian Paolo Maldini yang ingin pensiun dari Gli Azzurri usai menjuarai Piala Dunia 2002, ternyata harus kandas di babak 16 besar.


Itulah 7 Keputusan Wasit Yang Paling Kontroversial Dalam Sepakbola versi FTS90
Sekian & Terima Kasih.

Baca Juga :

Sabtu, 09 April 2016

7 Kakak Adik Yang Nasibnya Berbeda Di Sepakbola

Di dunia sepakbola kita dapat menjumpai banyak pemain yang memiliki ikatan saudara dengan pemain-pemain lain. Bahkan bisa saja dalam satu tim bisa terdapat pemain yang memiliki ikatan persaudaraan seperti Kolo & Yaya Toure saat di Manchester City, Gary & Phill Neville di Manchester united dan masih banyak pesepakbola lainnya, Tetapi kalau pesepakbola yang memiliki ikatan persaudaraan tersebut malah mempunyai nasib yang bisa dikatakan jauh berbeda, siapa sajakah mereka ?
Berikut 7 Kakak Adik Yang Berbeda Nasib Di Sepakbola

1. Wayne & John Rooney


Mungkin fans sepakbola saat ini hanya tau satu pemain yang bernama Rooney,yaitu Penyerang Man Utd ,Wayne Rooney. Tetapi ternyata Wayne Rooney mempunyai Adik yang bernama John Rooney.  Kedua bersaudara ini mengawali karir Junior di tim yang sama yaitu Everton. Namun, nasib berbeda dialami keduanya. Wayne masuk dalam skuad senior The Toffees, sedangkan sang adik dilempar ke tim yunior Macclesfield Town pada tahun 2002.

John menghabiskan banyak waktu di tim tersebut sebelum akhirnya hijrah ke Mayor League Soccer (MLS) bersama klub New York Red Bulls pada tahun 2011. Pada musim 2012, ia memilih bergabung dengan Orlando City dan kembali ke Inggris bersama Barnsley, Bury dan Chester.

2. Eden & Thorgan Hazard


Karier Edezn Hazard juga berbeda drastis dengan adiknya, Thorgan. Eden Hazard bergabung dengan Chelsea pada tahun 2012 setelah penampilan apiknya di Lille. Bersama The Blues, Eden Hazard sukses mempersembahkan tiga trofi dan puncaknya musim lalu saat mengangkat trofi liga inggris.

Nasib berbeda dialami Thorgan yang juga bergabung dengan Chelsea pada tahun 2012. Ia tak mendapatkan kesempatan bermain di Stamford Bridge dan mengalami dua kali masa peminjaman. Alhasil pesepak bola 22 tahun memutuskan untuk hengkang dan bergabung dengan Borussia Mönchengladbach.

3. Paul , Florentin Pogba dan Mathias Pogba


Pogba bersaudara terdiri dari tiga orang. Sosok yang biasa kita dengar tentu bernama Paul Pogba yang belum lama ini mendapat kepercayaan menggunakan jersey nomor 10 di Juventus, Paul juga bermain untuk timnas Prancis. Sedangkan dua kakak kembarnya, yakni Mathias dan Florentin Pogba justru membela timnas Guinea. Dua kakaknya memiliki nasib yang jauh berbeda dari adiknya , Paul Pogba. 

4. Tobias & Bastian Schweinsteiger


Berbeda dengan yang lainnya, karier sepak bola sang adik lebih bersinar ketimbang kakak. Hal ini terjadi pada kasus Schweinsteiger bersaudara. Karier Tobias di sepak bola kalah bersinar dengan adiknya, Bastian Schweinsteiger.

Sang abang, yang saat ini berusia 33 tahun hanya malang melintang di klub papan bawah Jerman. Tobias sempat bermain untuk SpVgg Unterhaching, Jahn Regensburg dan Bayern Munchen II.

Sedangkan Bastian sukses meraih sejumlah kesuksean dalam kariernya di Bayern Munchen dan tim nasional. Sang adik pernah merasakan jawara Bundesliga, Liga Champions, Piala Dunia Antarklub, trofi Euro 2008 dan Piala Dunia 2014.

5. Paul & John Terry


Paul Terry merupakan kakak dari pemain bertahan Chelsea, John Terry. Berbeda dengan sang adik, karir Paul lebih banyak bersama klub-klub amatir. Seperti Dagenham & Redbridge, Yeovil Town, Leyton Orient, serta Thurrock. Pemain berusia 33 tahun ini bermain di lini tengah.

Sama dengan adiknya yang merupakan mantan kapten Timnas Inggris itu, Paul juga sering memunculkan kontroversi. Pada bulan Mei 2010, terungkap bahwa Paul berselingkuh dengan tunangan dari rekan setimnya di Rushden & Diamond, Dale Robert. Robert pun akhirnya bunuh diri pada Desember 2010 karena tak kuasa melihat kenyataan tersebut.

6. Rio dan Anton Ferdinand


Ferdinand bersaudara sama-sama mengawali karier sepak bola di West Ham United. Rio lebih dikenal dan meraih kesuksesan ketika bermain untuk Manchester United dalam rentang 2002-2014. Bersama Setan Merah, Rio Ferdinand sukses mempersembahkan 17 trofi.

Sedangkan Anton tak terlalu bersinar dalam kariernya. Pemain yang kini berusia 30 tahun itu belum pernah mempersembahkan trofi untuk klub yang dibelanya. Saat ini, Anton masih aktif bermain untuk klub dari Championship Division, Reading.

7. Toni & Felix Kroos


Felix merupakan adik kandung Toni. Ayah mereka, Roland Kroos, pelatih klub Hansa Rostock II. Felix dan Toni sama-sama memulai karier di klub yang berada di kota kelahiran mereka yaitu Greifswalder.  
Tepat pada 2006, Toni direkrut oleh klub terbesar Jerman Bayern Muenchen. Setelah menjalani masa-masa di tim muda Muenchen, Toni pun dipromosikan ke tim senior jelang musim 2007/2008. Momen-momen indah pun menyertai Toni seiring waktu.  Toni menjadi pilar lini tengah Muenchen. Puncak prestasi tentu hadir pada musim 2012/2013 kala Die Roten merebut trigelar sekaligus yaitu Bundesliga, DFB Pokal serta Liga Champions.


Ketika Toni hengkang ke Muenchen pada 2006, Felix masih bertahan di Rostock.
Setelah Rostock terdegrdasi, per 2010, Felix pindah ke Werder Bremen. Kontrak tiga tahun ditandatangan. Sampai musim 2015/2016 bergulir, Felix baru tampil sebanyak 57 kali dengan raihan satu gol.

Tak ada prestasi signifikan yang dipersembahkan Felix. Di level timnas, Felix hanya wara wiri di kancah U-16 sampai U-21. Belum pernah sekalipun Felix bermain untuk timnas senior.

Sekian dan Kunjungi Terus FTS90

Rabu, 06 April 2016

7 Momen Paling Mengharukan Dalam Sepak Bola

Dalam sepakbola momen mengharukan sudah sering terjadi. Seperti pada pertandingan final suatu kompetisi, pasti ada saja momen yang bisa dibilang mengharukan.
Sederet kisah lain yang bertabur sportivitas, kejujuran, fair play ataupun solidaritas pun telah tertulis dengan indah dalam buku sejarah.
Berikut adalah 7 Momen Paling Mengharukan Dalam Sepak Bola versi FTS90.


1.) Kembalinya Muamba Dari Kematian



Pada 17 Maret 2012, mereka yang menyaksikan laga antara Tottenham Hotspurs melawan Bolton Wonderers pada kompetisi Piala FA dikejutkan dengan suatu kejadian.
Di tengah laga, gelandang Bolton itu jatuh tak sadarkan diri dan jantungnya bahkan berhenti selama 78 menit.
Mungkin mereka beranggapan bahwa pemain Bolton yang jatuh tak sadarkan diri ditengah laga, yakni Fabrice Muamba kolaps, merasa keberhasilannya bertahan hidup bagi Muamba sebagai suatu keajaiban.
Muamba terselamatkan berkat peran besar staf medis Tottenham dan seorang spesialis jantung yang kebetulan sedang menonton di tribun.
Ketika diumumkan bahwa Muamba sudah sembuh pada 16 April, publik sepak bola pun merasa lega.
Pada 2 Mei, Muamba kembali ke Reebok Stadium untuk menyaksikan pertandingan Bolton melawan Tottenham. Dia masuk ke lapangan sebelum kick-off dan mendapatkan sambutan hangat dari semua penonton di arena saat itu.

2.) Trofi European Cup Untuk Korban Munich Air Disaster



Setelah satu dekade kejadian Munich Air Disaster yang memakan nyawa tujuh pemain, Manchester United berhasil meraih trofi paling bergengsi di Eropa.
Matt Busby, salah satu manajer dengan masa pengabdian terlama di United dan korban selamat dalam tragedi tersebut, sukses membuat The Red Devils kembali bangkit.
Saat mengangkat trofi European Cup pada tahun 1968, Matt Busby tak bisa melupakan para pemain yang sudah pergi mendahuluinya pada kejadian itu.
Trofi tersebut menjadi sebuah bentuk penghargaan yang sangat spesial bagi mereka para korban Munich Air Disaster.

3.) Kahn dan Canizares



Ketika Bayern Munich menjuarai Liga Champions 2001, tercipta sebuah momen spesial yang bisa dibilang mengharukan.
Setelah mengalahkan Valencia melalui adu penalti pada partai final di San Siro, para pemain Bayern merayakan keberhasilan mereka setelah berhasil menjadi juara. Tetapi, kiper Bayern Oliver Kahn melakukan hal yang berbeda.
Saat rekan-rekannya tengah bersenang-senang dengan kemenangan tersebut, Kahn, yang dikenal sebagai kiper yang keras dan tanpa kompromi di atas lapangan, justru berjalan ke arah Santiago Canizares. Kahn mencoba menenangkan kiper Valencia itu, yang terlihat sangat terpukul karena tidak bisa membawa timnya meraih kemenangan dalam laga final tersebut.
Moment of sympathy tersebut membuat Kahn menerima fair play award dari UEFA, trofi yang dengan bangga ia simpan sebagai bagian dari semua koleksinya.

4.) Bersatunya Athletic Bilbao dan Real Sociedad



Athletic Bilbao dan Real Sociedad memiliki sejarah rivalitas yang panjang.
Dua klub Basque itu selalu bersaing sengit demi menjadi yang terbaik. Namun, pada tahun 1976, mereka bersatu demi satu tujuan yang sama, sebuah kebebasan.
Saat itu, Spanyol masih diselimuti mendung bernama fasisme. Berbicara memakai bahasa Basque atau Catalan, bahkan mengibarkan bendera dua wilayah tersebut, adalah sesuatu yang ilegal.
Akan tetapi, itulah yang dilakukan oleh para pemain Bilbao dan Sociedad dalam pertemuan pertama mereka di musim 1976/77 silam. Mereka masuk ke lapangan dengan bendera Basque dan mendapatkan sambutan meriah serta mengharukan dari seluruh penonton yang hadir di stadion.

5.) Jersey Di Stefano Untuk Eusebio



Pada laga final European Cup 1962, Benfica berhasil meraih kemenangan mengesankan 5-3 atas Real Madrid.
Ketika laga berjalan, Real Madrid sempat unggul 3-2, tetapi dua gol sensasional youngster Eusebio berhasil memutarbalikkan keadaan dan membawa Benfica ke tangga juara.
Ketika laga berakhir, Alfredo Di Stefano memberikan jersey-nya kepada Eusobio, sebuah bentuk pengakuan terhadap sang calon bintang.

6.) Dari Iniesta Untuk Jarque



Setelah mencetak gol kemenangan Spanyol atas Belanda pada laga final Piala Dunia 2010, Andres Iniesta melakukan sebuah selebrasi yang tak terlupakan.
Gelandang La Furia Roja itu melepas jersey-nya untuk menunjukkan pesan yang berbunyi "Dani Jarque: siempre con nosotros" atau "Dani Jarque: selalu bersama kami."
Dani Jarque adalah teman baik Iniesta dan kapten Espanyol, rival sekota dari Barcelona, yang meninggal dunia akibat serangan jantung saat mengikuti pramusim pada tahun 2009.
Ketika Barcelona bertandang ke markas Espanyol, para suporter tuan rumah pun sampai mengesampingkan rivalitas demi memberi standing ovation untuk Iniesta.

7.) Eduardo Kembali Cetak Gol



Cedera patah kaki yang menimpa Eduardo pada Februari 2008 sempat diyakini bakal memaksanya untuk mundur dari sepak bola.
Tetapi, hampir setahun berselang, forward Arsenal itu mengakhiri penantian panjangnya dengan kembali ke skuad The Gunners untuk laga Piala FA melawan Cardiff City.
Comeback itu ditandai Eduardo dengan mencetak satu gol pada menit ke-20, sebuah gol yang membuat dia dan para suporter Arsenal diliputi suasana emosional.

Itulah 7 Momen Paling Mengharukan Dalam Sepak Bolaversi FTS90.
Sekian & Terima Kasih

Baca Juga :